Menguak Mitos Di Balik Keindahan Air Terjun Coban Rondo
Tak kalah menariknya, kota Malang juga terkenal dengan berbagai tempat wisata alam yang sayang sekali untuk Anda lewatkan. Bagi Anda orang Malang, pasti tidak asing lagi mendengar salah satu objek wisata kebanggaan warga Malang, yaitu Coban Rondo. Ya, tempat wisata tirta berwujud air terjun yang indah dan bersuasana asri ini telah menarik banyak perhatian wisatawan dari berbagai daerah.
Coban Rondo memiliki khas gemercik air yang turun dari atas tebing dengan nuansa asri di sekitar lokasi tersebut. Para wisatawan menjadikan tempat wisata ini untuk sekedar melepas penat. Namun, di balik suasana tenteram yang di dapatkan di sini, Coban Rondo memiliki rahasia kelam yang mungkin belum Anda ketahui. Simak ulasannya!
Dalam bahasa Jawa, Coban Rondo memiliki arti “air terjun janda.” Mitos yang beredar ini, siapa pun pasangan yang berkunjung ke Coban Rondo, maka hubungan asmaranya dipercaya akan kandas di tengah jalan. Konon, hal ini sangat erat kaitannya dengan pemberian nama Coban Rondo itu sendiri.
Awal mulanya, pada zaman dulu ada sepasang muda-mudi kasmaran bernama Dewi Anjarwati dari Gunung Kawi dan Raden Baron Kusumo dari Gunung Anjasmoro yang berkibar dalam ikatan suci pernikahan. Selang beberapa hari setelah mereguk madu pernikahan, Dewi Anjarwati mengajak sang suami untuk berkunjung ke rumah orang tuanya di Gunung Anjasmoro.
Sayang seribu sayang, niat mereka untuk berkunjung ditentang oleh orang tua Dewi Anjarwati. Alasannya, tradisi zaman dulu melarang pengantin baru yang usia pernikahannya belum mencapai selapan (Jawa: 35 hari) untuk bepergian. Namun, larangan tinggal larangan, pasangan pengantin baru ini nekat untuk tetap pergi.
Di tengah perjalanan menuju Gunung Anjasmoro, Dewi Anjarwati dan Raden Baron Kusumo berpapasan dengan Joko Lelono. Tak disangka, Joko Lelono terpikat dengan kecantikan paras Dewi Anjarwati. Karenanya, dia menantang Raden Baron Kusumo untuk berduel demi memperebutkan sang Dewi. Tak mau kehilangan sang istri, Baron Kusumo pun meminta Dewi Anjarwati untuk bersembunyi di balik air terjun agar aman, dengan janji sang suami akan segera menjemputnya.
Malang tak dapat diraih, untung tak dapat ditolak. Keduanya (Raden Baron Kusumo dan Joko Lelono) ternyata sama-sama tewas dalam perkelahian memperebutkan Dewi Anjarwati. Karena kejadian nahas ini, jelas janji Raden Baron Kusumo untuk menjemput istrinya yang bersembunyi di balik air terjun tak pernah bisa dipenuhi.
Akhir kisah, tinggallah Dewi Anjarwati meratapi nasib malangnya menjadi seorang janda kembang. Nah, dari sinilah nama Coban Rondo alias “air terjun janda” itu bermula. Hingga sekarang masih banyak orang yang percaya bahwa kesialan akan menimpa hubungan percintaan mereka yang datang ke sini.
Sebetulnya, cerita ini hanyalah mitos dan masih diragukan kebenarannya. Terlepas dari cerita di balik air terjun ini, mungkin Anda tertarik ingin melepas penat dengan berkunjung ke objek wisata Coban Rondo ini? Selain air terjun, ada juga taman labirin yang bisa menghibur dan tentunya membuat Anda pusing. (By Salsabila Praya)
Tak kalah menariknya, kota Malang juga terkenal dengan berbagai tempat wisata alam yang sayang sekali untuk Anda lewatkan. Bagi Anda orang Malang, pasti tidak asing lagi mendengar salah satu objek wisata kebanggaan warga Malang, yaitu Coban Rondo. Ya, tempat wisata tirta berwujud air terjun yang indah dan bersuasana asri ini telah menarik banyak perhatian wisatawan dari berbagai daerah.
Coban Rondo memiliki khas gemercik air yang turun dari atas tebing dengan nuansa asri di sekitar lokasi tersebut. Para wisatawan menjadikan tempat wisata ini untuk sekedar melepas penat. Namun, di balik suasana tenteram yang di dapatkan di sini, Coban Rondo memiliki rahasia kelam yang mungkin belum Anda ketahui. Simak ulasannya!
Dalam bahasa Jawa, Coban Rondo memiliki arti “air terjun janda.” Mitos yang beredar ini, siapa pun pasangan yang berkunjung ke Coban Rondo, maka hubungan asmaranya dipercaya akan kandas di tengah jalan. Konon, hal ini sangat erat kaitannya dengan pemberian nama Coban Rondo itu sendiri.
Awal mulanya, pada zaman dulu ada sepasang muda-mudi kasmaran bernama Dewi Anjarwati dari Gunung Kawi dan Raden Baron Kusumo dari Gunung Anjasmoro yang berkibar dalam ikatan suci pernikahan. Selang beberapa hari setelah mereguk madu pernikahan, Dewi Anjarwati mengajak sang suami untuk berkunjung ke rumah orang tuanya di Gunung Anjasmoro.
Sayang seribu sayang, niat mereka untuk berkunjung ditentang oleh orang tua Dewi Anjarwati. Alasannya, tradisi zaman dulu melarang pengantin baru yang usia pernikahannya belum mencapai selapan (Jawa: 35 hari) untuk bepergian. Namun, larangan tinggal larangan, pasangan pengantin baru ini nekat untuk tetap pergi.
Di tengah perjalanan menuju Gunung Anjasmoro, Dewi Anjarwati dan Raden Baron Kusumo berpapasan dengan Joko Lelono. Tak disangka, Joko Lelono terpikat dengan kecantikan paras Dewi Anjarwati. Karenanya, dia menantang Raden Baron Kusumo untuk berduel demi memperebutkan sang Dewi. Tak mau kehilangan sang istri, Baron Kusumo pun meminta Dewi Anjarwati untuk bersembunyi di balik air terjun agar aman, dengan janji sang suami akan segera menjemputnya.
Malang tak dapat diraih, untung tak dapat ditolak. Keduanya (Raden Baron Kusumo dan Joko Lelono) ternyata sama-sama tewas dalam perkelahian memperebutkan Dewi Anjarwati. Karena kejadian nahas ini, jelas janji Raden Baron Kusumo untuk menjemput istrinya yang bersembunyi di balik air terjun tak pernah bisa dipenuhi.
Akhir kisah, tinggallah Dewi Anjarwati meratapi nasib malangnya menjadi seorang janda kembang. Nah, dari sinilah nama Coban Rondo alias “air terjun janda” itu bermula. Hingga sekarang masih banyak orang yang percaya bahwa kesialan akan menimpa hubungan percintaan mereka yang datang ke sini.
Sebetulnya, cerita ini hanyalah mitos dan masih diragukan kebenarannya. Terlepas dari cerita di balik air terjun ini, mungkin Anda tertarik ingin melepas penat dengan berkunjung ke objek wisata Coban Rondo ini? Selain air terjun, ada juga taman labirin yang bisa menghibur dan tentunya membuat Anda pusing. (By Salsabila Praya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar